Showing posts with label Bioteknologi Perikanan. Show all posts
Showing posts with label Bioteknologi Perikanan. Show all posts

Monday, August 06, 2018

(Literature Review) Bioremediasi Pada Tambak Udang

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Akuakultur adalah sektor pangan yang sangat cepat pertumbuhannya di dunia. Sebelumnya, akuakultur dianggap sebagai aktivitas yang lebih ramah lingkungan karena sistem polikulturnya dan sistem budidaya terintegrasi yang berbasis pada penggunaan sumberdaya yang optimum. Peningkatan produksi dalam akuakultur yang terus berkembang menyebabkan terjadinya ekspansi lahan tanah dan air yang semakin luas. Penggunaan teknologi dan intensifitas tinggi pada budidaya ikan dan udang menyebabkan peningkatan input air, pakan, pupuk, dan bahan-bahan kimia lainnya. Akibatnya, akuakultur kini dianggap berpotensi besar menjadi polutan bagi lingkungan perairan serta menyebabkan degradasi pada lahan basah (Anthony & Philip, 2006).

Friday, February 16, 2018

Gametogenesis pada Ikan

Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sering juga disebut proses diploid dan haploid yang mengalami pembelahan sel dan diferensiasi untuk membentuk gamet haploid dewasa, hal itu tergantung dari siklus hidup biologis organismenya. Gametogenesis dapat terjadi pada pembelahan meiosis gametosit diploid menjadi berbagai gamet atau pada pembelahan mitosis sel gametogen haploid (Barnet,1988).

Apakah perubahan suhu mempengaruhi Sex Determination pada ikan?

Suhu atau temperatur sekitar sangat mempengaruhi penentuan jenis kelamin/ sex determination pada banyak hewan. Salah satu hal nyata yang terjadi adalah perubahan suhu akibat global warming. Global warming tidak hanya menyebabkan perubahan iklim, tetapi juga mengganggu interaksi seksual di kehidupan liar. Salah satu dampaknya adalah terganggunya perkembangbiakan makhluk hidup, sebab pada kebanyakan hewan, kenaikan suhu cenderung melahirkan banyak pejantan daripada betina. Meskipun pada beberapa hewan berlaku sebaliknya, yaitu kenaikan suhu lebih cenderung menghasilkan individu betina daripada jantan.

Thursday, February 15, 2018

Aplikasi Teknologi Bioremediasi Pada Budidaya Udang

APLIKASI TEKNOLOGI BIOREMEDIASI PADA BUDIDAYA UDANG
(Tugas Mata Kuliah Enjinering Akuakultur)


Oleh:
M. Nurul Fajri
1214111044


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015


1.1 Definisi Bioremediasi
Bioremediasi berasal dari kata “bio” dan remediasi atau “remediate” yang artinya menyelesaikan masalah. Secara umum bioremediasi dimaksudkan sebagai pemanfaatan organisme dan/atau produknya untuk menyelesaikan masalah-masalah lingkungan atau untuk menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dari tanah, lumpur, air tanah atau air permukaan sehingga lingkungan tersebut kembali bersih dan alamiah. Salah satu proses bioremediasi yang terkenal adalah bioremediasi terhadap tumpahan minyak di laut (Hafiluddin, 2011) (Westermeyer et al., 1991).

Review Jurnal Internasional “Antibacterial activity of starfish Stellaster equestris from Southeast Coast of India”

Jurnal ini diterbitkan oleh Journal of Coastal Life Medicine (www.jchmm.com) berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kolandhasamy Prabhu dan Subramanian Bragadeeswaran dari Centre of Advanced Study in Marine Biology, Faculty of Marine Sciences, Annamalai University, India.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui zat-zat anti bakterial yang terdapat pada bintang laut spesies Stellaster equestris. Tujuan utamanya adalah untuk mengisolasi dan mencirikan komponen-komponen anti bakteri yang terdapat didalam bintang laut tersebut.

Restriction Fragment Legnth Polymorphism (RFLP) dalam Konservasi Sumberdaya Perikanan

Ditulis Oleh
M. Nurul Fajri
1214111044


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014


I. PENDAHULUAN

 Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) atau Polimorfisme Panjang Berkas Restriksi adalah suatu teknik untuk mengetahui perbedaan antar organisme dengan analisis pola yang berasal dari pembelahan DNA. Jika terdapat dua organisme yang berbeda dalam jarak antar bagian pembelahan restriksi endonuklease tertentu, panjang fragmen yang dihasilkan akan berbeda ketika DNA dicerna oleh enzim restriksi. Kesamaan pola yang dihasilkan dapat digunakan untuk membedakan spesies (bahkan strain) dari suatu organisme dengan organisme lainnya (Abuzenadah, 2009).

(Literature Review) Potensi Rumput Laut jenis Kappaphycus alvarezii sebagai sumber Marine Natural Product

POTENSI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii SEBAGAI SUMBER MARINE NATURAL PRODUCT
(Tugas Mata Kuliah Bahan Aktif Dalam Akuakultur)




Oleh :
M. Nurul Fajri
1214111044


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I. PENDAHULUAN

Sumber energi dan bahan-bahan kebutuhan manusia saat ini mulai langka. Tingginya konsumsi manusia akan produk-produk tersebut tidak sebanding dengan sumber daya alam yang ada, sedangkan sumber daya alam yang dipakai merupakan jenis bahan yang non renewable atau tidak terbarukan. Sumberdaya tak terbarukan akan habis seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, manusia kini mulai memanfaatkan produk-produk alami yang didapat atau diproduksi oleh makhluk hidup. Sumberdaya laut (marine) merupakan sumber terbesar bagi berbagai jenis natural product karena potensinya yang sangat besar dan sangat sering diteliti.

Aplikasi Bahan Aktif Dalam Akuakultur

APLIKASI BAHAN AKTIF DALAM AKUAKULTUR
(Makalah Mata Kuliah Bahan Aktif Dalam Akuakultur)

Oleh Kelompok 5:
Destiara Dea Paramita         1214111019
M Zainal Arifin                     1214111043
M. Nurul Fajri                       1214111044
Ayu Wulandari                     1314111011



JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015



I. PENDAHULUAN

Pada era globalisasi seperti saat ini, ikan telah menjadi salah satu pangan sumber protein, kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan protein hewani membuat tingkat konsumsi ikan meningkat. Hal itu juga yang menyebabkan permintaan pasar terhadap produk perikanan seperti ikan dan udang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Untuk memenuhi permintaan pasar dan kebutuhan konsumen, sejumlah pihak melakukan kegiatan budidaya ikan dan udang. Karena jika hanya mengandalkan hasil perikanan tangkap saja, permintaan pasar terhadap produk perikanan tidak akan bisa terpenuhi.

Pemanfaatan Rumput Laut Sebagai Agen Bahan Aktif Imunostimulan dan Antibakteri

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT SEBAGAI AGEN BAHAN AKTIF IMUNOSTIMULAN DAN ANTIBAKTERI
(Tugas Mata Kuliah Bahan Aktif Dalam Akuakultur)

Oleh
M. Nurul Fajri
1214111044


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
  

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Permasalahan penyakit masih menjadi permasalahan rumit yang bagi dunia akuakultur. Sudah banyak pembudidaya ikan merugi akibat organisme budidaya yang mati karena serangan penyakit. Pengobatan menggunakan obat-obatan dan antibiotik umum sudah tidak lagi ampuh karena agen penyakit semakin kuat untuk bertahan dari bahan obat-obatan tersebut, terlebih lagi penggunaan antibiotik dapat menyebabkan residu pada ikan budidaya bila digunakan berlebihan sehingga dapat berbahaya bagi manusia yang memakannya. Oleh karena itu, kini metode pencegahan penyakit lebih banyak diteliti dari pada pengobatan. Mencegah penyakit dilakukan dengan memperkuat sistem imun ikan budidaya, sehingga ikan mampu melawan agen penyakit itu dengan sendirinya.

Penggunaan Probiotik Dalam Akuakultur

PENGGUNAAN PROBIOTIK DALAM AKUAKULTUR
(Tugas Mata Kuliah Akuakultur Berkelanjutan)






Oleh :
M. Nurul Fajri           1214111044
M. Zainal Arifin        1214111043
Suliswati                    1214111061
Sundari Sayekti         1214111062



JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015


 I. PENDAHULUAN

Budidaya perairan merupakan suatu kegiatan produksi biota akuatik yang bertujuan untuk tujuan komersial. Aktivitas akuakultur dapat meliputi pembenihan, pendederan, pembesaran, pemanenan, handling dan transportasi, serta pengolahan dan pemasaran. Usaha di bidang akuakultur sangat menjanjikan dan memiliki potensi yang besar untuk dijadikan suatu usaha bertingkat industri. Namun, berbagai pemenuhan aspek tersebut terkendala berbagai macam masalah lingkungan yang terjadi dalam proses akuakultur (Ahmed & Lorica. 2002). Hal ini berakibat pada penolakan masyarakat sekitar dan berujung pada terhentinya usaha suatu aktivitas budidaya. Oleh karena itu, perlu usaha untuk menanggulangi masalah tersebut agar aktivitas akuakultur dapat dilakukan secara berkelanjutan.