Thursday, February 15, 2018

Spongilla lacustris, Porifera Air Tawar (Freshwater Sponges)

I. Tentang Filum Porifera

Porifera merupakan salah satu filum dari kingdom animalia yang sangat primitif. Kata Porifera berasal dari bahasa Latin, “porus” yang berarti lubang kecil atau pori dan “ferre” yang berarti mempunyai. Jadi, Porifera dapat diartikan sebagai hewan yang memiliki pori pada struktur tubuhnya. Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling sederhana. Hewan ini memiliki ciri tubuh yang berpori seperti busa atau spons, sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons (Aaseng. 1993).
Porifera berkembangbiak secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan secara aseksual yaitu dengan pembentukan tunas (budding). Tunas atau budding yang dihasilkan tersebut kemudian memisahkan diri dari induknya dan hidup sebagai individu baru, atau tetap menempel pada induknya sehingga menambah jumlah bagian-bagian dari kelompoknya. Sedangkan perkembangbiakan secara seksual terjadi dengan cara peleburan antara sel telur dan spermatozoid, dan menghasilkan zigot dan selanjutnya berkembang menjadi larva berflagel, larva tersebut dapat berenang dan keluar melalui osculum. Bila menemukan tempat yang sesuai, larva akan tumbuh dan berkembang menjadi porifera baru. (Anonim. 2013).

Porifera hidup secara heterotof, dan makananya adalah bakteri dan plankton. Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan. Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit. Habitat porifera umumnya di laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5 km. Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, contohnya dari genus Spongilla yang terkenal dengan sebutan Freshwater sponges. Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar perairan. Kerena hidupnya yang sesil ini, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan (Anonim. 2013).




II. Tentang Spongilla Lacustris
Gambar 1. Spongilla Lacustris

Spongilla adalah genus dari spons air tawar dalam family Spongillidae. Jenis spons ini ditemukan di danau dan sungai dengan arus yang tenang. Spons dari genus Spongilla ini hidup menempel pada batu dan kayu. Spongilla dapat menyaring air dengan tujuan untuk menangkap berbagai organisme air kecil seperti protozoa, bakteri, dan plankton. Tidak seperti kebanyakan spons laut, spons air tawar mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang buruk. Mereka telah mengembangkan gemmule (tunas internal) sebagai sarana dormansi. Ketika dihadapkan pada lingkungan yang keras (misalnya terlalu dingin, kekeringan, dan minim oksigen), spons akan bereproduksi dengan membentuk gemmule, yaitu "tunas" yang sangat tahan dengan lingkungan keras dan dapat hidup dalam fase dormansi bahkan setelah spons induknya telah mati. Ketika kondisi lingkungan membaik, para gemmule akan "berkecambah" dan spons baru lahir. Salah satu spesies dari genus ini adalah Spongilla lacustris (Anonim, 2013).
Spongilla lacustris adalah spesies spons dari family Spongillidae (freshwater sponges) yang banyak hidup di danau air tawar dan sungai berarus tenang. Spons ini sering tumbuh menempel pada kayu atau batu. Spons ini dapat ditemukan di Amerika Utara, Eropa dan Asia. Mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi secara aseksual dan seksual. Mereka menjadi tidak aktif atau dorman selama musim dingin (winter) (Zeuthen. 1939). Berikut ini adalah klasifikasinya :

Kingdom        : Animalia
Phylum           : Porifera
Class               : Demospongiae
Order              : Dictioceractida
Family            : Dicticeractidaceae
Genus             : Spongilla
Species            : Spongilla lacustris

A. Karakteristik luar

Gambar 2. Spikula pada Spongilla lacustris

Spesies Spongilla lacustris memiliki tubuh yang lembut dan rapuh dengan warna umumnya kehijauan. Permukaan tidak rata dan tertutup spikula kasar (paku). Spongilla lacustris termasuk ke dalam kelas Demospongiae yang memiliki ciri khas yaitu tubuh yang tidak beraturan dan bercabang-cabang dengan rangka yang tersusun dari serabut spongin.

B. Cara makan
Seperti porifera pada umumnya, cara Spongilla lacustris mendapatkan makanan adalah dengan cara menyaring partikel-pertikel makanan yang terbawa arus melewati tubuhnya atau disebut dengan istilah Filter Feeder. Makanan diperoleh dengan cara mengalirkan air melalui ostium ke dalam spongiosel. Air digerakkan oleh flagelata yang terdapat pada koanosit. Selanjutnya, air dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat di pangkal koanosit untuk dicerna. Bahan makanan yang sudah dicerna akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh oleh sel amebosit. Sisa hasil pencernaan dikeluarkan ke spongiosel dan dibuang keluar tubuh memalui ostium. Makanan spons yang tersaring dengan cara filter feeder ini adalah protozoa, bakteri, plankton, dan detritus (Hartman. 2007).

C. Tipe saluran air
Spongilla lacustris memiliki tipe saluran air leuconoid, yaitu tipe saluran air yang paling kompleks. Tipe leuconoid memiliki dinding spons yang tidak teratur. Letak koanosit terbatas pada ruang-ruang berflagella saja. Arah aliran air pada tipe leuconoid adalah sebagai berikut: poros dermal - ruang sub dermal - saluran pemasukan – prosofi - ruang berflagela – apopiles - saluran pengeluaran – Oskulum (Hill dan April. 2013).

D. Reproduksi dan daur hidup
Spongilla lacustris memiliki kemampuan untuk bereproduksi secara seksual dan aseksual. Seksual atau aseksualnya reproduksi biasanya tergantung pada musim. Bila pada menjelang musim dingin, biasanya spons ini akan bereproduksi secara aseksual. Sebaliknya bila sedang musim panas, spons ini biasanya akan bereproduksi secara seksual (Aaseng. 1993).
Spons ini bereproduksi secara aseksual dengan membentuk tunas (budding) pada akhir musim panas (summer). Proses reproduksi ini menghabiskan waktu sampai musim dingin (winter). Pada musim dingin, larva spons akan berada dalam keadaan tidak aktif atau dorman dan akan aktif kembali setelah berakhirnya musim dingin dan datangnya musim semi (spring) (Zeuthen. 1939).
Spons air tawar bereproduksi secara seksual selama musim panas, dengan melahirkan larva. Spons melakukan reproduksi secara seksual dengan cara peleburan sel sperma dengan sel ovum, pembuahan ini terjadi di luar tubuh porifera. Peleburan ini menghasilkan zigot dan selanjutnya berkembang menjadi larva berflagel, larva tersebut dapat berenang dan keluar melalui osculum. Bila menemukan tempat yang sesuai, larva akan tumbuh dan berkembang menjadi porifera baru (Anonim. 2013).

E. Kemampuan regenerasi

Mereka mempunyai daya regenerasi yang tinggi, artinya mampu menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang (rusak). Sehingga, jika hewan ini dipotong menjadi empat bagian, maka akan terbentuk empat hewan porifera baru. sel-sel regenerasi tersebar merata dalam tubuhnya sehingga bila tubuhnya terpotong, bagian tersebut masih tetap hidup karena masih mengandung sel ameboid dan sel koanosit yang mampu melanjutkan kelangsungan hidupnya. Proses regenerasi ini merupakan salah satu proses reproduksi secara aseksual (Jewell. 1936).

F. Habitat hidup dan penyebarannya

Gambar 3. Spongilla lacustris yang hidup sesil pada kayu
Gambar 4. Spongilla lacustris yang hidup sesil pada batu

Berbeda dari porifera pada umumnya yang hidup di air laut, genus Spongilla hidup di air tawar dengan arus yang tenang dan beberapa mampu hidup di arus yang lumayan kuat. Habitatnya tersebut membuat genus Spongilla dikenal dengan sebutan Freshwater sponges. Mereka hidup menempel di kayu dan bebatuan di dalam perairan tawar. Spongilla yang telah dewasa akan hidup sesil hingga akhir hidupnya (Aaseng. 1993).
Gambar 5. Persebaran Spongilla lacustris (ditandai dengan lingkaran hijau)

Spongilla umumnya terdapat pada wilayah dengan empat musim atau sub tropis, karena proses reproduksi aseksualnya membuat ia beradaptasi dengan berbagai musim (musim panas, musim dingin, dan musim semi). Spongilla lacustris dan sebagian besar spesies spons air tawar lainnya hidup dan tersebar di Amerika utara, Eropa, dan Asia (Anonim. 2005).

G. Peran ekologis

Sampai saat ini belum banyak diketahui manfaat dan peranan Spongilla lacustris di lingkungan. Beberapa ilmuwan percaya bahwa Spongilla dapat digunakan sebagai indikator pencemaran perairan. Menurut sebuah penelitian, Spongilla lacustris merupakan makanan bagi sebagian besar sumber daya pelagis. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat di anggap bahwa Spongilla lacustris juga merupakan bagian dari jaring-jaring makanan hewan pelagis (Skelton dan Mac. 2013).
Sebuah asosiasi fakultatif antara Spongilla lacustris dengan Endosymbiotic green algae menyebabkan Spongilla lacustris dapat mengurangi karbon dan nitrogen secara signifikan. Kemungkinan terjadi pertukaran karbon dan nitrogen antara spons dan algae simbiosisnya. Simbiosis antara spons air tawar dan algae ini sangat penting untuk para predator spons (Skelton dan Mac. 2013).




DAFTAR PUSTAKA

 

Aaseng, Nathan. 1993. Invertebrates. New York: Venture

 

Anonim. 2005. Sponges: Porifera - Freshwater Sponge (spongilla Lacustris): Species Accounts. http://animals.jrank.org/pages/1453/Sponges-Porifera-FRESHWATER-SPONGE-Spongilla-lacustris-SPECIES-ACCOUNTS.html. (diakses pada 25 Desember 2013)

 

Anonim. 2013. http://en.wikipedia.org/wiki/Spongilla_lacustris (diakses pada 20 Desember 2013)

 

Anonim. 2013. http://en.wikipedia.org/wiki/Spongilla (diakses pada 20 Desember 2013)

 

Hartman, Holly. 2007. The Science of SpongeBob: Pearson Education Fact Monster. http://www.factmonster.com/spot/spongebobscience.html (Diakses pada 28 Desember 2013)

Hill, Malcolm S. and April L. Hill. 2013.  Freshwater Sponges as Indicators of Water Pollution. http://www.zoo.utoronto.ca/able/news/fall2000/page2-f00.htm (Diakses pada 28 Desember 2013)

Jewell, M. E. 1936. An ecological study of the fresh-water sponges of northeastern Wisconsin. Wisconsin: Ecological Monographs 5: 461–504.

Skelton, James dan Mac Strand. 2013. Trophic ecology of a freshwater sponge (Spongilla lacustris) revealed by stable isotope analysis. Michigan: Department of Biology, Northern Michigan University.


Zeuthen, Erik. 1939. On the hibernation of Spongilla lacustris. Copenhagen: Laboratory of Zoophysiology, Copenhagen University 26: 537-547

No comments:

Post a Comment