Thursday, February 15, 2018

Penggunaan Probiotik Dalam Akuakultur

PENGGUNAAN PROBIOTIK DALAM AKUAKULTUR
(Tugas Mata Kuliah Akuakultur Berkelanjutan)






Oleh :
M. Nurul Fajri           1214111044
M. Zainal Arifin        1214111043
Suliswati                    1214111061
Sundari Sayekti         1214111062



JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015


 I. PENDAHULUAN

Budidaya perairan merupakan suatu kegiatan produksi biota akuatik yang bertujuan untuk tujuan komersial. Aktivitas akuakultur dapat meliputi pembenihan, pendederan, pembesaran, pemanenan, handling dan transportasi, serta pengolahan dan pemasaran. Usaha di bidang akuakultur sangat menjanjikan dan memiliki potensi yang besar untuk dijadikan suatu usaha bertingkat industri. Namun, berbagai pemenuhan aspek tersebut terkendala berbagai macam masalah lingkungan yang terjadi dalam proses akuakultur (Ahmed & Lorica. 2002). Hal ini berakibat pada penolakan masyarakat sekitar dan berujung pada terhentinya usaha suatu aktivitas budidaya. Oleh karena itu, perlu usaha untuk menanggulangi masalah tersebut agar aktivitas akuakultur dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Akuakultur saat ini merupakan salah satu sistem pangan yang sangat pesat pertumbuhannya di dunia. Pada tahun 1997, produksi berbagai macam organisme akuakultur telah dibudidayakan di dunia seperti ikan, udang, dan moluska mencapai 24,4 juta ton (Naylor et al., 2000). Besarnya perkembangan akuakultur selama ini membutuhkan penanganan serius terkait masalah lingkungan dan meningkatnya berbagai jenis penyakit yang menyerang organisme budidaya. Penanggulangan masalah-masalah tersebut diperlukan agar tercapai suatu kegiatan akuakultur yang berkelanjutan. Salah satu penanggulangan masalah tersebut adalah dengan pemakaian probiotik dalam akuakultur.
Penggunaan antibiotik yang tidak bijaksana telah meningkatkan kekhawatiran terhadap produk perikanan dan kesehatan manusia. Beberapa negara maju yang merupakan negara pengimpor produk perikanan Indonesia seperti Jepang dan Amerika Serikat telah secara tegas melarang masuknya produk perikanan yang mengandung residu antibiotik. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik mulai dihentikan karena dinilai merugikan. Pembudidaya kini mulai mengurangi aktivitas pengobatan penyakit dan mulai beralih melakukan metode pencegahan. Probiotik merupakan salah satu metode pencegahan tersebut. Probiotik merupakan produk yang tersusun oleh biakan mikroba atau pakan alami mikroskopik yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba di saluran usus hewan inang. Probiotik mampu meningkatkan kemampuan pencernaan hewan menjadi lebih baik, sehingga dapat mengurangi feses yang dihasilkan. Kesehatan pencernaan yang terjaga mampu mencegah terjangkitnya penyakit oleh patogen, sehingga mampu mendukung terlaksananya akuakultur yang berkelanjutan.


  
II. PEMBAHASAN

2.1. Definisi Probiotik
Probiotik adalah kumpulan mikroorganisme hidup, baik sejenis maupun campuran atau produk fermentasi mikrobiologi, yang dimasukan ke dalam tubuh sebagai makanan tambahan (feed supplement), serta memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan atau manusia dengan mengatur/memelihara keseimbangan kondisi mikroflora di dalam organ pencernaan.  mikroorganisme hidup yang terdapat dalam probiotik dapat memberikan efek baik atau kesehatan pada organisme inangnya.
Perkembangan selanjunya, dalam budidaya air (aquaculture) batasannya menjadi luas, selain diaplikasikan ke dalam tubuh hewan (udang), juga dipakai dilingkungan atau kolam/tambak tempat hidup udang budidaya. Bakteri probiotik di dalam kolam budidaya. Sehingga pengertian probiotik, pada aquaculture tidak hanya merupakan makanan tambahan (feed supplement), tetapi juga pembentuk kualitas air (conditioners). Probiotik adalah jenis bakteri yang non patogenik (tidak menyebabkan penyakit) yang ditambahkan kedalam lingkungan tambak untuk perbaikan mutu lingkungan

2.2. Manfaat Probiotik
Fungsi probiotik dalam budidaya, diantaranya:
·      Mengatur kondisi mikrobiologi di air maupun sedimen.
·      Membantu mengatur atau memperbaiki kualitas air.
·      Meningkatkan keragaman mikro-organisme dalam air dan sedimen.
·      Meningkatkan kesehatan udang dengan menghambat atau meminimalisasi efek bakteri pathogen
(Balcazar et al., 2006)
Manfaat yang diharapkan dari penambahan bakteri ini adalah meningkatkan populasi atau kandungan bakteri non-patogen dalam air sehingga menjadi dominan dan menekan keberadaan bakteri patogenik. Probiotik dapat berperan sebagai dekomposer atau pengurai bahan organik yang toksik menjadi senyawa yang tidak toksik di dalam air (Merrifield & Ringo, 2014).
Hasil yang dapat diharapkan dari penerapan probiotik adalah sebagai berikut:
·      Berkurangnya akumulasi bahan organik di dasar tambak
·      Berkurangnya populasi bakteri patogen
·      Kualitas air lebih stabil
·      Meningkatkan kesehatan udang, melalui kondisi lingkungan yang terbentuk (kualitas air baik dan stabil)
(Pandiyan et al., 2013)

Pada budidaya udang dengan ukuran yang sudah cukup besar, penimbunan kotoran yang disebabkan oleh sisa pakan yang tidak termakan, feses udang, dan bangkai plankton yang tenggelam didasar cukup cepat selama proses budidaya udang. Bahkan bila dibersihkan setiap hari pun, masih banyak limbah yang tertimbun didalam tambak (Balcazar et al., 2006).
Selama pembesaran udang dalam kurun waktu 3-4 bulan, akan terjadi proses pembusukan terutama dalam kondisi anaerob yang menghasilkan gas beracun (H2S, NH3, NO2) yang sangat berbahaya bagi udang yang dipelihara. Udang bisa stress dan lebih mudah terjangkit penyakit, hingga berujung pada kegagalan budidaya (Pandiyan et al., 2013). Pengaruh negatif dari hasil pembusukan limbah organik tersebut dapat diantisipasi dengan penggunaan probiotik secara tepat. Penggunaan probiotik di lapangan telah terbukti mampu menekan kerugian akibat limbah dan penyakit yang menyerang udang (Yudiati et al., 2010).

2.3. Aplikasi Probiotik
Aplikasi bakteri probiotik sangat penting dalam akuakultur terutama dengan kepadatan dan pemberian pakan yang tinggi. Kondisi lingkungan juga harus dipersiapkan dengan baik agar bakteri yang diaplikasikan dapat bekerja dengan baik. Secara umum semua merek dagang bakteri probiotik membuat prosedur aplikasi yang tertera langsung di produknya. Bakteri harus dikultur / diaktifkan terlebih dahulu sebelum ditebar karena masih dalam kondisi dorman. Kemudian bakteri probiotik biasanya dicampurkan ke pakan untuk nantinya dimakan oleh organisme budidaya (Lee & Salminen, 2009).
Pada ikan atau udang yang sudah cukup besar, pengaplikasian bakteri probiotik biasanya dilakukan dengan cara ditebar langsung. Probiotik juga dapat diaplikasikan saat konsentrasi amonia, nitrit, atau limbah organik lainnya cenderung meningkat (Merrifield & Ringo, 2014). Jika dikombinasikan dengan penggantian air dan pemberian zeolit, aplikasi bakteri sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penggantian air dan pemberian zeolit (Lee & Salminen, 2009).

2.4. Bakteri Probiotik
Berbagai jenis bakteri dapat digunakan sebagai mikroba probiotik. Bakteri dapat bersifat aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob. Syarat terpenting yang dimiliki oleh bakteri probiotik adalah sebagai berikut :
·      Bakteri harus non patogen
·      Mampu menguraikan limbah yang merugikan dalam proses budidaya
·      Mampu berasosiasi dengan bakteri baik didalam pencernaan
Mikroorganisme yang sangat umum digunakan dan dipelajari adalah genus bakteri Bacillus, seperti B. cereus, B. subtilis, dan B. Licheniformis. Genus bakteri probiotik lainnya biasanya bersifat Gram positif, seperti Bifidobacterium, Lactobacillus, Streptococcus (Balcazar et al., 2006).

2.5. Mekanisme kerja Probiotik
Bakteri probiotik merupakan jenis bakteri non patogen yang mampu mengurangi dampak merugikan akibat lingkungan. Probiotik memiliki cara kerja yang berbeda-beda dalam mendukung organisme inangnya. Berikut adalah cara kerja probiotik dalam pengaplikasiannya:
·      Kompetitif terhadap Bakteri Patogen : Berkompetisi (Competitive exclusion) merupakan suatu fenomena dimana suatu bakteri mampu berkompetisi dengan bakteri lainnya dalam hal nutrisi.
·      Memproduksi senyawa penghambat : Antagonisme bakteri merupakan fenomena umum yang terjadi secara alami. Interaksi mikroba memainkan peran penting dalam sistem kerja probiotik dalam melawan bakteri patogen penyebab penyakit.
·      Peningkatan sistem imun inang : Produksi bahan-bahan imunostimulan seperti peptidoglikan dan lipopolisakarida dari dinding sel bakteri mampu memperkuat sistem imun ikan dan udang terhadap serangan bakteri patogen.
(Lee & Salminen, 2009)
·      Aktivitas antiviral : Beberapa bakteri probiotik ditemukan mampu melawan serangan virus karena mampu memproduksi komponen antiviral. Telah dilaporkan bahwa strain Pseudomonas sp, Vibrio sp., dan Aeromonas sp., mampu menunjukkan aktivitas antiviral terhadap Infectious Hematopietic Necrosis Virus (IHNV) pada salmon (Kamei et al., 1988).



III. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari telaah pustaka ini adalah sebagai berikut:
1.  Probiotik bermanfaat dalam meningkatkan kecernaan ikan terhadap pakan, meningkatkan kualitas air, dan mencegah serangan mikroorganisme patogen.
2.    Pengaplikasian probiotik dalam akuakultur memiliki manfaat yang baik sehingga dapat digunakan untuk mendukung terlaksananya akuakultur berkelanjutan.


REFERENCES

Ahmed, M. & M.H. Lorica. 2002. Improving developing country food security through aquaculture development—lessons from Asia. Food Policy, 27 : 125–141.
Balcazar, J.L., D. Vendrell, I.D. Blas, D. Cunninghem, D. Vandrell, & J.L. Muzquiz. 2006. The role of probiotic in aquaculture. Vet Microbiol. 114 : 173-186.
Kamei, Y., M. Yoshimizu, Y. Ezura, & T. Kimura. 1988. Screening of bacteria with antiviral activity from fresh water salmonid hatcheries. Microbiol Immunol. 32 : 67-73.
Lee, Y.K. & S. Salminen. 2009. Handbook of Probiocs and Prebiotics : Second Edition. Singapore : A John Wiley & Sons, Inc. Publications
Merrifield, D. & E. Ringo. 2014. Aquaculture Nutritions : Gut Health, Probiotics, and Prebiotics. Plymouth : Wiley Blackwell.
Naylor ,R.L., R.J. Goldburg, J.H. Primavera, N.Kautsky, M.C.M. Beveridge, J. Clay, C. Folke, J. LubchencoI, H. Mooney, & M. Troel. 2000. Effects of Aquaculture in world fish supplies. Nature, 405 : 1017-1024.
Pandiyan, P., D. Balaraman, R. Thirunavukkarasu, E.G.J. George, K. Subaramaniyan, S. Manikkam, & B. Sadayappan. 2013. Review article :Probiotics in aquaculture. Drug Invention Today, 5 : 55-59.
Yudiati, E., Z. Arifin, & I. Riniatsih. 2010. Pengaruh Aplikasi Probiotik Terhadap Laju Sintasan dan Pertumbuhan Tokolan Udang Vanamei (Litopeneus vannamei), Populasi Bakteri Vibrio, serta Kandungan Amoniak dan Bahan Organik Media Budidaya. Ilmu Kelautan, 15 (3): 153-158.

No comments:

Post a Comment