Friday, February 16, 2018

Identifikasi Kawasan Potensial Konservasi Perairan Teluk Lampung Sebagai Taman Wisata Perairan

1. Profil Teluk Lampung
Teluk lampung adalah sebuah teluk yang berada di Selat Sunda, terletak di bagian selatan Provinsi Lampung, Indonesia. Teluk ini dikelilingi sejumlah wilayah, yaitu Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Pesawaran.

Teluk Lampung merupakan salah satu kawasan wisata andalan di Provinsi Lampung. Letaknya yang dekat dengan kota Bandar Lampung membuat kawasan teluk ini ramai dikunjungi wisatawan. Teluk ini memiliki gugusan pulau-pulau mulai dari Pulau Pasaran, Pulau Sebesi, Pulau Sebuku, Pulau Legundi, Pulau Tangkil, Pulau Tegal, Pulau Kelagian, Pulau Pahawang, Pulau Tanjung Putus, dan pulau-pulau kecil lainnya.

2. Potensi dan Identifikasi Teluk Lampung sebagai Taman Wisata Perairan
A. Ekologi
Teluk Lampung memiliki luas sekitar 1.888 km2 dan merupakan wilayah perairan dangkal dengan kedalaman rata-rata mencapai 20 meter. Teluk Lampung memiliki keanekaragaman terumbu karang yang besar, salah satu contohnya adalah perairan pulau Pahawang yang sebagian besar dihuni terumbu karang non acropora seperti Leptoseris amitoriensis, terumbu karang Montipora gaimardi, Acropora brueggemanni, dan Anacropora pillai (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung, 2007).
Vegetasi terbesar di bagian pesisir Teluk Lampung adalah mangrove. Hutan Mangrove di wilayah pesisir Teluk Lampung memiliki keragaman spesies yang tinggi. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Rhizopora sp. dengan ketebalan lahan seluas 100 m (CRMP, 1998). Namun, akibat pesatnya pertumbuhan pemukiman dan pertambakan, tebal hutan mangrove di Teluk Lampung berkurang dengan drastis. Usaha pertambakan masyarakat yang masih bersifat ekstensif (berorientasi pada perluasan lahan) mampu menebang habis sebagian besar wilayah mangrove, hal ini berakibat pada kerusakan lahan dan berkurangnya keragaman habitat satwa didalamnya (Jon, 2010).

B. Sosial Budaya
Wilayah pesisir merupakan wilayah dengan kompleksitas tinggi dan bersifat dinamis. Wilayah pesisir teluk Lampung merupakan kawasan pesisir yang cukup banyak dihuni masyarakat dengan menjamurnya pemukiman penduduk. Sejumlah masyarakat atau orang dari luar wilayah membangun tambak yang cukup luas dan sebagian besar tidak mempedulikan dampak lingkungan yang dihasilkan. Namun, di satu sisi masyarakat asli juga memiliki kearifan lokal dalam merawat kawasan pesisir dan hutan mangrove (Damai et.al., 2011). Oleh karena itu, daerah Teluk Lampung membutuhkan penegakan aturan dan kearifan lokal masyarakat untuk mencegah tindakan semena-mena dari beberapa oknum. Keindahan alam Teluk Lampung harus dijaga dengan baik dari tangan yang tidak bertanggungjawab, salah satunya dengan cara pendirian kawasan konservasi Taman Wisata Perairan.

C. Ekonomi
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Pariwono (1999), perairan Teluk Lampung umumnya memiliki tipe pasang surut ganda, yaitu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Kemudian, kecepatan arus terbesar terjadi pada musim angin barat mulai dari 27-45 cm/s serta tinggi gelombang antara 0,5-1,0 m. Keadaan oseanografi Teluk Lampung tersebut tidak terlalu berbahaya sehingga sangat cocok bila dijadikan kawasan Taman Wisata Perairan.
Gugusan pulau-pulau di Teluk Lampung memiliki ekosistem terumbu karang yang masih alami sehingga sangat tepat bila dijadikan kawasan wisata snorkeling dan diving. Terumbu karang merupakan aset berharga yang dimiliki perairan Teluk Lampung sehingga dapat dijadikan daya tarik wisata hingga tingkat mancanegara. Potensi wisata Teluk Lampung harus diiringi dengan tata kota pesisir yang baik. Masyarakat harus diedukasi secara tegas untuk tidak membangun rumah membelakangi pantai dan mengurangi pemasukan sampah ke lautan. Hal ini membuat kota Bandar Lampung dan sekitarnya mampu bersaing dengan keindahan kota-kota pesisir di negara-negara maju dunia (Pemerintah Daerah Propinsi Lampung, 2000).
Penegakan hukum dan penerapan teknologi perlu dilakukan di industri pertambakan. Perlu pengedukasian masyarakat untuk menghentikan ekstensifikasi lahan dan mengubahnya menjadi intensifikasi lahan, sehingga lingkungan pesisir tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

CRMP. 1998. Kondisi Oseanografi Perairan Pesisir Lampung. Technical Report CRMP Lampung, Bandar Lampung.
Damai, A.A., M. Boer, Marimin, A. Damar, dan E. Rustiadi. 2011. Analisis Prospektif Partisipatif dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk Lampung. Forum Pascasarjana, 34 (4) : 281-296.
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung. 2007. Pemetaan Terumbu Karang di Teluk Lampung. Bandar Lampung : PT. Taram.
Jon. 2010. Tambak Merusak Hutan Mangrove Teluk Lampung. http://entertainment.kompas.com/read/2010/05/01/05074211/Tambak.Merusak.Hutan.Mangrove.Teluk.Lampung, di akses pada 11 Desember 2015.
Pariwono, J.I. 1999. Kondisi Oseanografi Perairan Teluk Lampung. Jakarta : Proyek Pesisir Publication.

Pemerintah Daerah Propinsi Lampung. 2000. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung. Kerjasama Pemerintah Daerah Propinsi Lampung dengan Proyek Pesisir Lampung dan PKSPL - IPB. Bandar Lampung. Indonesia. 96 pp.

No comments:

Post a Comment