1.
Profil Teluk Lampung
Teluk lampung
adalah sebuah teluk yang berada di Selat Sunda, terletak di bagian selatan
Provinsi Lampung, Indonesia. Teluk ini dikelilingi sejumlah wilayah, yaitu Kota
Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Pesawaran.
Teluk Lampung
merupakan salah satu kawasan wisata andalan di Provinsi Lampung. Letaknya yang
dekat dengan kota Bandar Lampung membuat kawasan teluk ini ramai dikunjungi
wisatawan. Teluk ini memiliki gugusan pulau-pulau mulai dari Pulau Pasaran,
Pulau Sebesi, Pulau Sebuku, Pulau Legundi, Pulau Tangkil, Pulau Tegal, Pulau
Kelagian, Pulau Pahawang, Pulau Tanjung Putus, dan pulau-pulau kecil lainnya.
2.
Potensi dan Identifikasi Teluk Lampung sebagai Taman Wisata Perairan
A. Ekologi
Teluk Lampung memiliki
luas sekitar 1.888 km2 dan
merupakan wilayah perairan dangkal dengan kedalaman rata-rata mencapai 20
meter. Teluk Lampung memiliki keanekaragaman terumbu karang yang besar, salah
satu contohnya adalah perairan pulau Pahawang yang sebagian besar dihuni
terumbu karang non acropora seperti Leptoseris
amitoriensis, terumbu karang Montipora gaimardi,
Acropora brueggemanni, dan Anacropora
pillai (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung, 2007).
Vegetasi
terbesar di bagian pesisir Teluk Lampung adalah mangrove. Hutan Mangrove di
wilayah pesisir Teluk Lampung memiliki keragaman spesies yang tinggi. Spesies
yang paling banyak ditemukan adalah Rhizopora sp. dengan ketebalan lahan
seluas 100 m (CRMP, 1998). Namun, akibat pesatnya pertumbuhan pemukiman dan pertambakan, tebal
hutan mangrove di Teluk Lampung berkurang dengan drastis. Usaha pertambakan
masyarakat yang masih bersifat ekstensif (berorientasi pada perluasan lahan)
mampu menebang habis sebagian besar wilayah mangrove, hal ini berakibat pada
kerusakan lahan dan berkurangnya keragaman habitat satwa didalamnya (Jon,
2010).
B. Sosial Budaya
Wilayah pesisir merupakan wilayah dengan kompleksitas tinggi dan
bersifat dinamis. Wilayah pesisir teluk Lampung merupakan kawasan pesisir yang
cukup banyak dihuni masyarakat dengan menjamurnya pemukiman penduduk. Sejumlah
masyarakat atau orang dari luar wilayah membangun tambak yang cukup luas dan
sebagian besar tidak mempedulikan dampak lingkungan yang dihasilkan. Namun, di
satu sisi masyarakat asli juga memiliki kearifan lokal dalam merawat kawasan
pesisir dan hutan mangrove (Damai et.al., 2011). Oleh karena itu, daerah
Teluk Lampung membutuhkan penegakan aturan dan kearifan lokal masyarakat untuk
mencegah tindakan semena-mena dari beberapa oknum. Keindahan alam Teluk Lampung
harus dijaga dengan baik dari tangan yang tidak bertanggungjawab, salah satunya
dengan cara pendirian kawasan konservasi Taman Wisata Perairan.
C. Ekonomi
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Pariwono (1999),
perairan Teluk Lampung umumnya memiliki tipe pasang surut ganda, yaitu terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut. Kemudian, kecepatan arus terbesar terjadi
pada musim angin barat mulai dari 27-45 cm/s serta tinggi gelombang antara 0,5-1,0
m. Keadaan oseanografi Teluk Lampung tersebut tidak terlalu berbahaya sehingga
sangat cocok bila dijadikan kawasan Taman Wisata Perairan.
Gugusan pulau-pulau di Teluk Lampung memiliki ekosistem terumbu karang
yang masih alami sehingga sangat tepat bila dijadikan kawasan wisata snorkeling
dan diving. Terumbu karang merupakan aset berharga yang dimiliki perairan Teluk
Lampung sehingga dapat dijadikan daya tarik wisata hingga tingkat mancanegara. Potensi
wisata Teluk Lampung harus diiringi dengan tata kota pesisir yang baik.
Masyarakat harus diedukasi secara tegas untuk tidak membangun rumah
membelakangi pantai dan mengurangi pemasukan sampah ke lautan. Hal ini membuat
kota Bandar Lampung dan sekitarnya mampu bersaing dengan keindahan kota-kota
pesisir di negara-negara maju dunia (Pemerintah Daerah Propinsi Lampung, 2000).
Penegakan hukum dan penerapan teknologi perlu dilakukan di industri
pertambakan. Perlu pengedukasian masyarakat untuk menghentikan ekstensifikasi
lahan dan mengubahnya menjadi intensifikasi lahan, sehingga lingkungan pesisir
tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
CRMP. 1998. Kondisi
Oseanografi Perairan Pesisir Lampung. Technical Report CRMP Lampung, Bandar
Lampung.
Damai, A.A., M. Boer, Marimin, A. Damar, dan E.
Rustiadi. 2011. Analisis Prospektif Partisipatif dalam Pengelolaan Wilayah
Pesisir Teluk Lampung. Forum Pascasarjana,
34 (4) : 281-296.
Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Lampung. 2007. Pemetaan Terumbu Karang di Teluk Lampung. Bandar
Lampung : PT. Taram.
Jon. 2010. Tambak Merusak Hutan Mangrove Teluk
Lampung. http://entertainment.kompas.com/read/2010/05/01/05074211/Tambak.Merusak.Hutan.Mangrove.Teluk.Lampung,
di akses pada 11 Desember 2015.
Pariwono, J.I. 1999. Kondisi Oseanografi Perairan Teluk Lampung. Jakarta : Proyek
Pesisir Publication.
Pemerintah Daerah Propinsi Lampung.
2000. Rencana Strategis Pengelolaan
Wilayah Pesisir Lampung. Kerjasama Pemerintah Daerah Propinsi Lampung
dengan Proyek Pesisir Lampung dan PKSPL - IPB. Bandar Lampung. Indonesia. 96
pp.
No comments:
Post a Comment