Gametogenesis adalah
proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sering juga disebut proses diploid
dan haploid yang mengalami pembelahan sel dan diferensiasi untuk membentuk
gamet haploid dewasa, hal itu tergantung dari siklus hidup biologis
organismenya. Gametogenesis dapat terjadi pada pembelahan meiosis gametosit
diploid menjadi berbagai gamet atau pada pembelahan mitosis sel gametogen
haploid (Barnet,1988).
Gametogenesis meliputi
spermatogenesis dan oogenesis. Spermtogenesis merupakan sel kelamin jantan
(inti sel sperma) sedangkan oogenesis merupakan pembentukan sel kelamin betina
(inti sel telur). Gametogenesis melibatkan proses pembelahan sel mitosis dan meiosis
(Djuhanda, 1981). Gametogenesis terdiri dari 4 tahap, yaitu :
1. Perbanyakan,
berlangsung secara mitosis berulang-ulang. Gametogenesis membelah secara
eksponnsial. Gametogonium ini akan tumbuh membesar menjadi gamtosit I. Kemudian
gametosit I mengalami tahap pematangan yang berlangsung secara miosis. Akhir
meiosis terbentuk gametosit II dan berakhir terbentuk gametid. Gametid
mengalami tahap perubahan bentuk (transformasi) menjadi gamet. Gametogonium
pada jantan disebut spermatogonium, pada betina oogonium. Gametosit pada jantan
disebut spermatosit dan pada betina oosit. Gametid pada jantan disebut
spermatid, pada betina otid. (Djuhanda, 1981)
2. Pertumbuhan,
pada periode pertumbuhan sel lembaga tidak membagi diri lagi, tetapi sel
tersebut menjadi bertambah besar. Sebagian besar dari proses oogenesis terjadi
pada masa embrio yaitu sampai pada stadium oosit I, kemudian selebihnya
berlangsung di dalam korteks dari ovarium hewan dewasa. Dengan demikian oosit I
mengalami masa istirahat yang panjang. Perkembangan sel telur di dalam ovarium
hewan dewasa membutuhkan sel-sel pembantu yang disebut sel folikel dan terdapat
mengelilingi oosit. Oosit bersama dengan sel folikel disebut folikel telur.
Pada mamalia pembentukan folikel telur terdapat pada bagian korteks ovarium.
Selanjutnya oosit akan disebut folikel telur dan oosit I disebut folikel telur
primer. Pada periode ini mulai terjadi penimbunan dari detoplasma (Djarubito,
1990).
3. Pematangan,
pada periode ini terjadilah pembelahn reduksi pada oosit I, sehingga terjadilah
oosit II dan polosit I yang kedua-duanya telah menjadi haploid. Reduksi dari
kromosom yang diploid menjadi haploid, dicapai dengan jalan pemisahan
badan-badan plasma yang mengandung setengahnya jumlah kromosom. Dari polosit
tingkat I terjadi dua polosit tingkat II, dan dari oosit tingkat II terjadi
satu polosit tingkat II dan ootid (Djarubito, 1990).
4. Perubahan
bentuk, pada hewan yang akan mengadakan pembuahan di luar tubuh induk, jumlah
gamet yang dihasilkan sama banyak antara jantan dan betina. Tapi bagi hewan
yang mengadakan pembuahan dalam tubuh, gamet jantan lebih banyak dihasilkan
pada gamet betina. (Salmah, 1982)
1.
Struktur Telur dan Gonad
Gonad adalah organ endokrin yang memproduksi dan mengeluarkan
steroid yang mengatur pembangunan tubuh dan mengendalikan karakteristik seksual
sekunder. Gonad adalah organ yang memproduksi sel kelamin atau gamet. Terdapat
dua macam gamet, yaitu ovum dan sperma, maka ada dua jenis pembentukan gamet
(gametogenesis) yaitu: spermatogenesis dan oogenesis (Mitcheson, 2012).
Gonad
pada hewan betina adalah ovarium yang pada umumnya terdapat berpasangan.
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogenia
(tunggal) atau oogenium (jamak) (Yatim, 1976).
Telur
memiliki beberapa selaput, selaput-selaput pada telur dapat digolongkan menjadi
tiga:
· Membran
primer, merupakan hasil / produk dari ovum. Membran ini terdiri dari membran
plasma dan membran vitellinus, pada saat terjadi fertilisasi membran
vitellinus akan terbagi dan membentuk membran ketiga yang disebut membran
fertilisasi. Pada kebanyakan telur-telur hewan laut yang bertipe
homolecithal (memiliki sedikit deutoplasma) biasanya ada lapisan tambahan
berupa jelly (lapisan tak hidup) diluar membran vitellinus.
· Membran
sekunder, merupakan hasil / produk dari sel-sel folikel yang mengelilingi ovum
selama periode pemasakan ovum. Membran ini biasanya bersifat impermeabel
seperti contohnya pada chorion dari telur insekta dan juga pada telur
cyclostomata (myxine). Untuk memudahkan penetrasi sperma, membran sekunder ini
dilengkapi dengan satu atau lebih lubang kecil yang disebut micropyle.
· Membran
tersier, merupakan hasil / produk dari oviduct, uterus dan kelenjar-kelenjar
tambahan. Membran tersier ini sangat beragam bentuk dan keberadaanya.
(Mitcheson,
2012)
Gonad
juga memiliki tingkatan kematangan atau yang di sebut Tingkat Kematangan
Gonad. Terdapat nilai TKG dari tingkat 1
sampai lima. Menurut Tester dan Takata (1953) Berikut dalah ciri-cirinya:
TKG
|
Ciri-ciri
|
1
|
Tidak masak. Gonad sangat kecil
seperti benang dan transparan. Penampang gonad pada ikan jantan pipih dengan
warna kelabu. Penampang gonad ikan betina tampak bulat dengan warna
kemerah-merahan.
|
2
|
Permulaan masak. Gonad mengisi
seperempat rongga tubuh. warna gonad pada ikan jantan kelabu atau putih dan
berbentuk pipih, sedangkan pada ikan betina berwarna kemerahan atau kuning
dan berbentuk bulat. Telur tidak tampak.
|
3
|
Hampir masak. Gonad mengisi
setengah rongga tubuh. Gonad pada ikan jantan berwarna putih, pada ikan
betina kuning. Bentuk telur tampak melalui dinding ovari.
|
4
|
Masak. Gonad mengisi tiga perempat
rongga tubuh. Gonad jantan berwarna putih berisi cairan berwarna putih. Gonad
betina berwarna kuning, hampir bening atau bening.Telur mulai terlihat.
Kadang-kadang dengan tekanan halus pada perutnya maka akan ada yang menonjol
pada lubang pelepasannya.
|
5
|
Hampir sama dengan tahap kedua dan
sukar dibedakan. Gonad jantan berwarna putih, kadang-kadang dengan bintik
cokelat. Gonad betina berwarna merah, lembek dan telur tidak tampak.
|
2.
Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah
proses pembentukan gamet jantan / spermatozoa. Pembentukan spermatozoa ini
terjadi pada tubulus seminiferus Pada masa pubertas, spermatogonia membelah
diri secara mitosis sehingga menghasilkan lebih banyak spermatogonia. Spermatogenesis
adalah proses pembentukan spermatozoa dari sel-sel epitel germinal. Sehubungan
dengan proses tersebut, terjadi perubahan-perubahan atau perkembangan dari
gonad ikan pada testis (Effendi,
1997).
Menurut
Mitcheson (2012), perkembangan testis ikan dalam proses spermatogenesis dapat
dibagi atas 5 tahap, yaitu :
· Tahap I : Spermatogonia, Sel-sel
epitel germinal aktif membentuk spermatogonia, hampir diseluruh tubulus.
Kebanyakan sel spermatogonia mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak
beraturan dengan membrane siste yang tidak jelas kelihatan. Nukleus
mengandung granula-granula berwarna terang dengan ukuran dan bentuk
yang bervariasi, serta mempunyai sebuah nukleolus. Spermatogonia berukuran
10,80 - 13,31 µ.
· Tahap II : Spermatosit primer, Proses
akhir spermatogonia akan tumbuh dan membelah menjadi spermatosit primer.
Membrane siste spermatosit primer terlihat dengan jelas dan setiap siste
mengandung banyak sel spermatosit primer. Spermatosit primer mempunyai nukleus
berbentuk bola dan mengandung granula-granula berwarna gelap. Spermatosit
primer berukuran 4,59 - 5,20 µ. Pada tahap ini terjadi duplikasi kromosom
menjadi 4 n, sehingga setiap spermatosit primer mengandung 4 n kromosom dalam
nukleus.
· Tahap III : Spermatosit sekunder, Spermatosit
primer akan membelah secara mitosis membentuk spermatosit sekunder.
Ukuran spermatosit sekunder lebih kecil dari spermatosit primer dan nukleusnya
mengandung kromatin yang tebal. Spermatosit primer berukuran 3,31 - 4,25 µ.
Pada tahap ini terjadi pembelahan miosis, sehingga setiap spermatosit sekunder
mengandung 2 n kromosom dalam nukleus.
· Tahap IV : Spermatid, Sistem-sistem
yang berisi spermatosit sekunder akhirnya berkembang dan melepaskan sel-selnya
ke dalam lumen tubulus, kemudian matang sempurna menjadi spermatid. Pada tahap
ini terjadi pembelahan secara miosis, sehingga setiap spermatid mengandung n
kromosom dalam nukleus.
· Tahap V : Spermatozoa, Spermatid
mengalami perubahan bentuk atau mengalami metamorfosa menjadi spermatozoa yang
dilengkapi dengan kepala dan ekor, sehingga bisa bergerak aktif di dalam lumen
tubulus. Disini terbentuk spermatozoa Y (jantan) dan spermatozoa X (betina).
3.
Oogenesis
Oogenesis adalah proses
pembentukan ovum atau sel telur dari sel-sel epitel germinal bakal benih. Menurut
Mitcheson (2012), tahapan oogenesis adalah sebagai berikut:
· Tahap I : Oogonia, Sel-sel telur
primitif (ovagonium atau oogonia) ukurannya sangat kecil, diameternya 8 - 12 µ,
nukleus 6 - 8 µ. Sel-sel ini akan membelah secara mitosis menjadi
berlipat ganda jumlahnya.
· Tahap II : Oosit primer, Sel-sel
telur tumbuh menjadi ukuran 12 - 20 µ, dan folikel mulai terbentuk melingkari
atau mengelilingi sel telur sebanyak satu lapis. Folikel berfungsi untuk
pemeliharaan dan melindungi perkembangan telur. Sel telur yang telah dilengkapi
dengan folikel ini disebut juga dengan oosit primer. Pada tahap ini terjadi
proses duplikasi kromosom menjadi 4 n didalam nukleus. Nukleusnya berukuran 10
- 12 µ.
· Tahap III : Oosit sekunder, Selama
tahap ini sel telur berkembang membesar dengan sangat berarti hingga mencapai
ukuran 40 - 200 µ dan menjadi tertutup oleh folikel. Awal dari tahap III ini
ditandai dengan periode akumulasi nutrient dalam telur yang sedang berkembang.
Lapisan folikel sudah dua lapis, jumlah nukleolus dalam nukleus mulai
bertambah. Vakuola dan partikel kuning telur belum ada. Pada tahap III ini
terjadi pembelahan miosis menjadi 2n dalam nukleus dan pembentukan polar body I
dalam sitoplasma. Nukleus berukuran 12 - 17 µ.
· Tahap IV : Vitellogenesis I, Selama
tahap IV ini produksi dan akumulasi kuning telur (Yolk) dimulai. Proses ini
disebut vitellogenesis. Selanjutnya telur berkembang sampai mencapai
ukuran 200 - 350 µ, nukleus 80 - 150 µ. Partikel kuning telur yang mengandung
lipoprotein mulai terbentuk dalam sitoplasma. Jumlah vakuola bertambah.
· Tahap V : Vitellogenesis II, Tahap
V ini merupakan phase vitellogenesis kedua. Pertikel kuning telur berpindah ke
pinggiran dan menyebar diantara vakuola. Telur mencapai ukuran 350 - 500 µ, dan
nukleus 150 - 180 µ.
· Tahap VI : Vitellogenesis III, Tahap
VI ini merupakan phase vitellogenesis ketiga, yang mana selama tahap ini yolk
plate (lempengan kuning telur) mendorong lipoid drop ke arah pinggiran sel
dimana dua lingkaran mulai terbentuk. Vakuola berjejer di pinggiran sel telur.
Vakuola dan partikel kuning telur menempati seluruh sitoplasma. Nukleus masih
beraaa ditengah-tengah sel telur. Nukleolus berada dipinggiran Nukleus. Ukuran
sel telur 600 - 900 µ, dan nukleus 150 - 180 µ.
· Tahap VII : Ovum, Pada tahap VII
ini merupakan akhir dari proses vitellogenesis dan telur mencapai ukuran 900 -
1000 µ, nukleus mencapai ukuran 200 µ. Nukleolus berpindah menjauhi membrane
nukleus ke pusat nukleus. Pada tahap ini nukleus bergerak menuju mikropil dan
pada tahap ini pula mukropil mulai terbentuk dan berkembang. Pada tahap VII ini
membrane nukleolus tidak nampak lagi. Pada tahap ini terjadi pembelahan miosis
ke II yang membentuk polar bodi ke II.
4.
Vitellogenesis
Vitellogenesis adalah
proses terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-tiap individu. Hal ini
menyebabkan terjadinya perubahan pada gonad. Umumnya pertambahan berat gonad
pada ikan betina sebesar 10-15% dari berat tubuh dan ikan jantan sebesar 5-10%
dari berat tubuh. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara ; yaitu
secara histologi dan morfologi. Dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat
kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukurang panjang dan
berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Dari penelitian
histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad secara jelas dan lebih
mendetail. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan daripada
ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih
mudah dilihat daripada sperma yang terdapat di dalam testis (Lucey, 2009).
Proses vitellogenesis
atau produksi dan akumulasi kuning telur (Yolk) dimulai setelah fase oosit
sekunder. Telur mulai berkembang sampai mencapai ukuran 200 - 350 µ.
Partikel kuning telur yang mengandung lipoprotein mulai terbentuk dalam
sitoplasma seiring dengan jumlah vakuola yang bertambah. Kemudian, pertikel
kuning telur berpindah ke pinggiran dan menyebar diantara vakuola. Tahap selanjutnya,
yolk plate (lempengan kuning telur) mendorong lipoid drop ke arah pinggiran sel
dimana dua lingkaran mulai terbentuk. Vakuola berjejer di pinggiran sel telur.
Vakuola dan partikel kuning telur menempati seluruh sitoplasma. Nukleus masih
beraaa ditengah-tengah sel telur. Nukleolus berada dipinggiran Nukleus.
5.
Pemijahan
Pemijahan merupakan
bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan
hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan
ini dan juga bergantung kepada kondisi dimana telur dan larva ikan diletakkan
untuk tumbuh. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian
untuk keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan memilih tempat, waktu dan
kondisi yang menguntungkan. Berdasarkan hal ini pemijahan tiap spesies ikan
mempunyai kebiasaan yang berbeda tergantung kepada habitat pemijahan itu untuk
melangsungkan prosesnya. Dalam keadaan normal ikan melangsungkan pemijahan
minimum satu kali dalam satu daur hidupnya seperti yang terdapat pada ikan
salmon dan sidat. Sesudah melakukan pemijahan, induk ikan tersebut mati karena
kehabisan tenaga (Okiyama, 1988).
Menurut Tester dan
Takata (1953), sehubungan dengan pemijahan, dikenal ada tiga macam ikan yaitu
vivipar, ovovivipar dan ovipar. Tiap-tiap macam ikan tersebut mempunyai
perbedaan dan kelebihan masing-masing, yaitu:
1) Ikan
vivipar, ikan ini melahirkan anak-anaknya, umumnya mempunyai fekunditas kecil,
tetapi anaknya mendapat jaminan keamanan dari induk untuk melangsungkan awal
kehidupannya.
2) Ikan
ovovivipar, seperti halnya ikan vivipar, ikan ini juga melahirkan anak-anaknya
dan mempunyai fekunditas kecil namun keturunannya mendapat semacam jaminan atau
keyakinan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupnya dengan aman.
3) Ikan
ovipar, ikan yang mengeluarkan telur pada waktu terjadi pemijahan, biasanya
berfekunditas besar atau jumlah telur yang dikeluarkannya besar disebabkan
untuk mengimbangi tekanan keadaan sekelilingnya dari hal yang tidak lazim
terutama dari serangan predator.
Menurut Mitcheson
(2012), pola pemijahan dapat dibedakan berdasarkan tahap-tahap kematangan telur
intra ovarian, sebagai berikut:
· Tipe
A. Pemijahan hanya berlangsung satu kali dalam satu tahun dalam waktu yang
pendek. Kelompok telur yang matang dalam ovari dapat dibedakan dengan kelompok
telur stok.
· Tipe
B. Pemijahan berlangsung satu kali satu tahun tetapi dalam waktu yang lama, lebih
lama dari tipe pemijahan A.
· Tipe
C. Pemijahan berlangsung dua kali setahun.
· Tipe
D. Pemijahan sepanjang tahun, tetapi terputus-putus.
Menurut Mitcheson
(2012), dalam proses pemijahan, terdapat fase-fase yang terdapat dalam proses
tersebut. Ada fase pra-pemijahan, pemijahan, dan pasca-pemijahan:
1. Fase
Pra-Pemijahan: macam-macam tingkah laku ikan pada fase pra pemijahan
diantaranya ialah: aktifitas mencari makan, ruaya, pembuatan sarang, sekresi
feromon (pengenalan lawan jenis, mencari pasangan), gerakan-gerakan rayuan dan
lain-lain.
2. Fase
Pemijahan: tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah: Bersamaan
dengan pengeluaran produk seksual ada ikan yang melakukan sentuhan
bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh,
gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau ikan betina oleh ikan jantan,
penyimpanan telur oleh ikan jantan atau ikan betina ke dalam sarang, gua,
bagian pada tubuh, pada busa, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.
3.
Fase Pasca Pemijahan: tingkah laku
ikan pada fase pasca pemijahan diantaranya ialah penyempurnaan penutupan
sarang, penjagaan sarang yang berisi telur yang telah dibuahi atau telur yang
sedang berkembang, menjauhi daerah pemijahan dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnet, Robert D. 1988. Zoologi Umum edisi Keenam. Erlangga
: Jakarta
Djarubito, Brotowidjoyo.
1990. Zoologi Dasar. Erlangga
LP4 : Jakarta
Djuhanda, Tatang. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico :
Bandung
Effendi,
Moch. Ichsan. 1997. Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan
Pustaka Nusantara.
Lucey, Sean M. 2009. Master Theses: Characteristics of fish yolk
proteins and a method for inducing vitellogenin. Amherst : University of
Massachusetts.
Mitcheson, Yvonne Sadovy de. 2012. Reef Fish Spawning Aggregations: Biology,
Research and Management Vol 35. Corvallis, USA : Springer.
Okiyama M. 1988. An atlas of the early stage fishes in Japan.
Tokyo: Tokai University Press.
Salmah, Siti. 1982. Zoologi. Unand : Padang
Tester, A. L. and M. Takata. 1953.
Contribution on the Biology of the Aholehole A Potential Baitfish. Hawaii Mar. Lab. Contr. No. 38.
Yatim, Wildan. 1976. Embriologi. Tarsito : Bandung
No comments:
Post a Comment