1.
Personil
Pengelolaan
sistem budidaya yang baik tidak lepas dari keterlibatan personil-personil
didalamnya. Susunan personil yang baik dan tertata akan mempermudah segala
pekerjaan yang berkaitan dengan seluruh proses produksi dalam budidaya. Berikut
ini adalah susunan umum personil dalam sebuah usaha budidaya:
a.
Pimpinan tinggi
Pimpinan
tertinggi atau manajer (bos) merupakan ketua yang memiliki tanggung jawab
terbesar dalam seluruh proses produksi budidaya. Seorang pemimpin dalam suatu
proyek diharuskan memiliki kemampuan manajerial yang tinggi dan kemampuan
memimpin yang baik. Pemimpin memiliki bertanggung jawab utama atas segala hal
dalam proses budidaya tersebut.
b.
Pengendali mutu
Suatu unit usaha
budidaya memerlukan pengendali dari mutu proses dan hasil budidaya. Tugas
pengendali mutu adalah menangani, mengendalikan, dan mengoordinasikan mutu
produksi dalam proses budidaya suatu spesies. Demi kualitas manajerial yang
baik, manajer pengendali mutu tidak boleh merangkap sebagai manajer utama dalam
produksi (pimpinan tertinggi). Tugas pengendali mutu adalah sebagai berikut:
1.
Bertanggung jawab pada perencanaan dan
harus memastikan bahwa seluruh unit budidaya memenuhi prosedur standar (SOP)
yang ada.
2.
Bertanggung jawab memberikan pemahaman
dan memastikan semua personil unit usaha dapat melaksanakan SOP.
3.
Bertanggung jawab memanajemen mutu
produksi secara keseluruhan.
c.
Pelaksana produksi
Pelaksana produksi adalah personil yang menangani proses teknis
produksi di unit-unit proyek budidaya skala besar, yang sebaiknya
terdiri atas:
1. Personil yang menangani manajemen
induk dan benih;
2. Personil yang menangani analisa
kualitas air;
3. Personil yang menangani pemberian
pakan buatan dan produksi pakan hidup;
4. Personil yang menangani manajemen
kesehatan ikan;
5. Personil yang menangani hal-hal mekanis
(permesinan, perlistrikan dan perbengkelan);
6. Personil yang menangani riset
laboratorium
7. Personil administratif (pembelian
bahan, kuangan, pembukuan, surat-menyurat dan pengarsipan dokumen).
d.
Pelaksana pascapanen dan pemasaran
Pelaksana pascapanen dan pemasaran merupakan personil yang
bertanggung jawab dalam perlakuan pasca pemanenan dan pemasaran hasil produksi.
Pelaksana ini harus memahami prosedur perlakuan dalam pasca produksi serta
pemasaran ke daerah tujuan.
2. Standard Operating Procedure (SOP)
Standard
Operating Procedure atau SOP adalah sebuah aturan yang
dibuat sedemikian rupa sebagai acuan utama dalam proses pengerjaan suatu
proyek. Keberadaan SOP dalam aktivitas budidaya dan manajemen kesehatan ikan
sangat diperlukan sebagai acuan utama, sehingga semua orang dapat melakukan hal
yang sama dan tidak ada perbedaan perlakuan dalam aktivitas akuakultur. Adapun
SOP yang diperlukan dalam manajemen kesehatan ikan adalah sebagai berikut:
·
SOP perlakuan induk dan benih
·
SOP manajemen pemberian pakan
·
SOP kualitas air
·
SOP peralatan-peralatan penunjang
(penggunaan alat-alat)
·
SOP perlakuan pasca panen
3.
Fasilitas dan Peralatan
Manajemen
kesehatan ikan dalam proses produksi skala besar membutuhkan fasilitas dan
peralatan penunjang yang baik. Adapun fasilitas dan peralatan yang diperlukan
dalam manajemen kesehatan ikan adalah sebagai berikut:
·
Fasilitas penunjang kualitas air :
berfungsi untuk menjaga dan memonitor kualitas air agar tetap stabil dan sesuai
dengan SOP yang telah dibuat. Contoh : aerator, termometer, pengukur ketinggian
kolam, pH meter dan DO meter.
·
Fasilitas kolam : berfungsi sebagai
wadah bagi organisme air yang dibudidayakan, setiap kolam memiliki fungsi yang
berbeda-beda. Contoh : kolam pemijahan, kolam induk, kolam pemberokan, kolam
pembesaran, kolam sortir, dan kolam karantina.
·
Fasilitas penyimpanan : berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bagi segala macam unsur-unsur dalam proses budidaya.
Contoh : tempat penyimpanan pakan, tempat bahan-bahan kimia sterilisasi. Dan
tempat untuk pasca panen.
·
Fasilitas riset laboratorium : berfungsi
untuk meneliti dan mengembangkan hal-hal yang berkaitan tentang proses
produksi. Contoh : identifikasi penyakit (media agar bakteri, Polymerase chain reaction (PCR), dll.),
riset pakan, dan pengembangan vaksin.
4.
Biosecurity
Biosecurity
atau biosekuritas merupakan suatu praktik, prosedur, dan aturan, yang digunakan
untuk mencegah masuknya (introduksi) dan menyebarnya agen penyebab penyakit
serta hewan-hewan liar dan penginvasif. Penyakit telah menyebabkan kerugian
terbesar dalam suatu usaha produksi ikan. Oleh karena itu, dengan adanya
biosekuritas, diharapkan dapat mengurangi resiko kerugian ekonomis akibat
penyakit yang menyerang organisme budidaya. Prinsip utama biosecurity adalah:
·
Mengidentifikasi bahaya
·
Mengurangi resiko
·
Menentukan area spesifik yang menjadi
sumber bahaya
Penerapan biosecurity dalam budidaya diperlukan
sebagai standar perlindungan terhadap penyakit. Adapun aturan biosecurity yang umum adalah sebagai
berikut:
a.
Pemindahan ikan
Pemasukan ikan
baru atau ikan lainnya membutuhkan aturan, baik benih, telur, ikan dewasa, ikan
pasca karantina, ataupun restocking.
Aturan umum yang diperlukan adalah :
-
Ikan didapatkan dari supplier yang terpercaya
-
Telah diuji dan tersertifikasi Specific Pathogen Free (SPF)
-
Membatasi jumlah pemasukan ikan
-
Melakukan vaksin pada ikan yang baru
datang
-
Ikan dikarantina dalam beberapa minggu
untuk memastikan tidak ada ikan yang sakit maupun carrier.
b.
Sumber air
Sumber air dalam
budidaya perlu sangat diperhatikan. Berikut aturan umum dalam penggunaan sumber
air:
-
Penggunaan air tanah lebih baik daripada
air permukaan, karena tidak terpapar langsung oleh udara dan minim resiko
kontaminasi agen penyakit.
-
Air harus ditampung dalam bak
penampungan selama beberapa hari.
-
Air perlu dilakukan filtrasi dan
sterilisasi, seperti ozonasi, iradiasi ultraviolet, atau penggunaan bahan
kimia.
c.
Kesehatan ikan
Biosekuritas
dalam kesehatan ikan berfungsi untuk mencegah masuknya penyakit secara langsung
dari dunia luar. Resiko yang dapat terjadi adalah kematian langsung ataupun
pengurangan jumlah produksi. Adapun aturan umumnya adalah sebagai berikut:
-
Padat tebar yang diberikan harus tepat
dan tidak boleh berlebih
-
Minimalisir kontak langsung dengan ikan
-
Memonitoring temperatur air agar sesuai
standar
-
Meningkatkan imunitas ikan dengan vaksin
atau agen imunostimulan untuk memperkuat kemampuan imun ikan dalam melawan
patogen
-
Pakan pelet disimpan dalam tempat yang
kering dan tidak terpapar udara luar.
-
Pakan alami harus didapatkan dari tempat
yang baik
d.
Peralatan
Sterilisasi pada
peralatan diperlukan karena patogen dapat bertahan hidup di lingkungan dalam
waktu tertentu. Aturan umumnya adalah sebagai berikut:
-
Peralatan seperti jaring tidak boleh
digunakan dalam kolam yang berbeda-beda.
-
Peralatan yang akan masuk ke dalam
sistem budidaya harus dipastikan steril.
e.
Kendaraan
Peraturan
biosekuritas juga mencakup kendaraan yang keluar masuk lokasi. Aturan umumnya
adalah sebagai berikut:
-
Kendaraan luar tidak boleh ditempatkan
dekat sistem budidaya
-
Apabila kendaraan seperti motor, sepeda,
ataupun gerobak akan memasuki sistem, maka harus dilakukan sterilisasi minimal
pada bagian bannya.
-
Hindari penggunaan kendaraan yang
berbahan utama kayu.
f.
Vektor hewan
Hewan-hewan luar
seperti reptil, burung, dan hewan mamalia seperti kucing merupakan salah satu
sumber agen-agen penyakit dalam proses produksi. Berikut adalah aturan umumnya:
-
Membatasi kontak
-
Meminimalisir adanya burung yang
bersarang didekat sistem budidaya
-
Meminimalisir adanya kanopi (dedaunan)
jatuh
-
Mencegah adanya hewan seperti kucing
yang berjalan-jalan disekitar sistem budidaya.
g.
Vektor manusia
Manusia
merupakan salah satu vektor masuknya penyakit bagi hewan-hewan budidaya.
Perlunya aturan bagi manusia yang keluar masuk sistem dimaksudkan agar
meminimalisir masuknya agen-agen penyakit berbahaya. Berikut adalah aturan
umumnya:
-
Pasang tanda peringatan dan aturan bagi
pengunjung
-
Gunakan sistem perendaman desinfektan
pada sepatu baik bagi pengunjung maupun pekerja
-
Bagi pekerja, harus menggunakan pakaian
yang bersih dan terlindung
-
Cuci dan sterilkan tangan sebelum
melakukan kontak langsung dengan ikan
-
Para pekerja harus lebih banyak bekerja
pada are masing-masing untuk meminimalisir resiko
-
Membatasi akses ke sistem budidaya,
terutama pada bagian kolam telur dan larva ikan karena masih sangat rentan
terhadap penyakit.
5.
Darurat Penyakit
Meskipun dengan
perlindungan yang baik sekalipun, penyakit masih tetap memiliki peluang untuk
menginfeksi hewan-hewan budidaya. Apabila penyakit sudah terlanjur menyerang,
maka diperlukan tindakan-tindakan untuk mengantisiasi hal-hal yang lebih buruk.
Beberapa tidakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
-
Ketahui apa sumber dari agen penyakit
dan stres. Sumber penyakit bisa berasal dari kualitas air, kondisi pembesaran ikan,
dan cara penanganan yang kurang tepat. Bila telah diketahui, maka perbaiki
dengan segera.
-
Apabila terdapat ikan yang menunjukkan
gejala-gejala sakit, segera karantina ikan tersebut dan beri perlakuan.
-
Lakukan pengobatan pada ikan berpenyakit
dengan memberikan bahan-bahan yang dibutuhkan. Pada ikan air tawar, pengobatan
paling sederhana yang dilakukan adalah dengan meningkatkan salinitas. Beberapa
senyawa antimikroba juga bisa digunakan, namun dengan dosis yang telah
ditentukan dan tidak berlebihan.
-
Kolam yang tadinya terdapat ikan
berpenyakit harus dibersihkan dan disterilisasi dengan bahan kimia sterilisasi
seperti klorin, kapur, dll.
No comments:
Post a Comment