Friday, February 16, 2018

Pengawetan Sampel Ikan dalam Ikhtiologi

Pengawetan adalah salah satu kegiatan yang sering dilakukan dalam laboratorium biologi. Pengawetan terutama dilakukan terhadap tumbuhan dan hewan yang susah ditemukan atau hanya diperoleh dari tempat-tempat tertentu, misalnya dari laut atau gunung. Dengan diawetkannya bahan-bahan makhluk hidup, maka kita dapat menggunakan  spesimen untuk waktu lama.

Beberapa kegiatan sebelum melakukan pengawetan, kita harus melakukan pengumpulan spesimen yang akan diawetkan, apakah tumbuhan atau hewan. Cara pengawetan kedua bahan ini agak berbeda.
Ikan yang akan diawetkan sebaiknya telah mati tapi masih segar, atau jika ikan yang akan digunakan masih hidup kita dapat bius dengan perendaman dalam air es. Pada ikan dengan ukuran kecil sebaiknya dengan formalin 4-5 %, dan pada ikan dengan ukuran besar menggunakan formalin konsentrasi 10%.
Gunakan rumus pengenceran:
 Ket:
M1 : Konsentrasi awal larutan
M2 : Konsentrasi larutan yang dikehendaki
V1 : Volume awal larutan
V2 : Volume larutan awal yang dibutuhkan

Formalin
Larutan formalin mengandung formaldehid dan metanol sebagai stabilisator, dengan kadar formaldehid tidak kurang dari 34% dan tidak lebih dari 38 % (Moffat, 1986). Formalin merupakan cairan jernih tidak berwarna atau hampir berwarna, bau menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Formalin larut dalam air atau etanol 95% (Ditjen POM, 1979).
Bentuk rumus kimia Formaldehid:
Sifat Fisika dan Kimia
Formaldehid (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986). Penyimpanan dilakukan pada wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya dan sebaiknya pada suhu diatas 20˚C (Ditjen POM, 1979).
Penggunaan Formalin
Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas.  Formalin juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum, pengawet bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai bahan pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (polywood). Dalam kosentrasi yang sangat kecil ( < 1 persen ) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet (Yuliarti, 2007).
Bahaya Penggunaan Formalin Pada Makanan
Formalin  bukan  merupakan  zat  pengawet  untuk  makanan  tetapi disalahgunakan untuk pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Badan POM setempat. Produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang memakannya. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing menunjukkan bahwa pemberian formalin dalam dosis tertentu pada jangka panjang bisa mengakibatkan kanker saluran cerna. Penelitian lainnya menyebutkan peningkatan risiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan (Yuliarti, 2007)
Kekurangan zat pengawet
§  Formalin mempunyai uap yang berbau tajam menusuk hidung dan merangsang keluarnay air mata serta dapat merusak kulit.
§  Formalin bersifat mengeraskan dan membuat ikan yang akan diawetkan berkerut dan berubah warna. Untuk mencegah hal ini, ada baiknya formalin dicampur borax ( 5 gram)

§  Alkohol bersifat mudah menguap dan mudah terbakar bila terkena api.

§  Alkohol tidak mengakibatkan ikan yang diawetkan menjadi kaku dan warna ikan cepat berubah .

No comments:

Post a Comment