Ditulis Oleh
M. Nurul Fajri
1214111044
JURUSAN BUDIDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
Restriction Fragment Length
Polymorphism (RFLP) atau Polimorfisme
Panjang Berkas Restriksi adalah suatu teknik untuk mengetahui perbedaan antar
organisme dengan analisis pola yang berasal dari pembelahan DNA. Jika terdapat dua
organisme yang berbeda dalam jarak antar bagian pembelahan restriksi endonuklease
tertentu, panjang fragmen yang dihasilkan akan berbeda ketika DNA dicerna oleh
enzim restriksi. Kesamaan pola yang dihasilkan dapat digunakan untuk membedakan
spesies (bahkan strain) dari suatu organisme dengan organisme lainnya
(Abuzenadah, 2009).
Polimorfisme
adalah Suatu populasi spesies yang memiliki dua atau lebih ciri fenotip yang
berbeda (Abuzenadah,2009). Banyak contoh polimorfisme dalam suatu populasi
spesies, misalnya: berdasarkan hasil penelitian Dijkstra dan koleganya (2009), terdapat
ikan berwarna merah dan biru pada ikan Cichlid (famili Cichlidae) di danau
Victoria, gradasi warna yang dimiliki ikan juga bermacam-macam, ada yang mixed color dan ada yang solid color. Adanya polimorfisme akan
menunjukkan tingkat keragaman genetik dalam populasi suatu spesies.
RFLP
dapat digunakan dalam berbagai pengaturan yang berbeda untuk mencapai tujuan
yang berbeda. Menurut Abuzenadah (2009) serta Dudu dan koleganya (2010), RFLP dapat
diaplikasikan dalam hal-hal berikut:
1. RFLP dapat digunakan dalam kasus
paternitas atau kasus kriminal untuk menentukan sumber sampel DNA, biasanya
dalam hal forensik.
2. RFLP dapat digunakan untuk menentukan
status penyakit dari suatu individu.
3. RFLP dapat digunakan untuk mengukur
tingkat rekombinasi yang dapat mengarah kepada peta genetik dengan jarak antara
lokus RFLP, diukur dalam centiMorgans (cM: unit yang digunakan untuk mengukur
tingkat hubungan genetik).
II.
ISI
2.1.Enzim
Restriksi Endonuklease
Enzim restriksi endonuklease adalah enzim yang dapat
memotong molekul DNA pada urutan nukleotida tertentu. Enzim biasanya mengenali 4
sampai 6 pasang basa. Umumnya, semakin pendek sekuens pengenalan, semakin besar
jumlah fragmen yang dihasilkan. Jika molekul berbeda dalam sekuen nukleotida,
dapat dihasilkan fragmen dengan ukuran yang berbeda. Fragmen-fragmen tersebut
dapat dipisahkan dengan gel elektroforesis. Enzim restriksi dapat diisolasi
dari berbagai jenis bakteri dan diperkirakan berada pada bagian dari sistem pertahanan
sel terhadap virus yang menyerang bakteri. Enzim ini diberi nama dengan
menggunakan huruf pertama dari genus, dua huruf pertama dari spesies, dan ordo
(Abuzenadah, 2009).
2.2.
PCR-RFLP
Teknik
berbasis DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies ikan. Keuntungan dari
teknik tersebut tidak hanya karena kemampuannya untuk mengidentifikasi spesies
ikan terkait, tetapi juga kemampuannya yang
dapat dengan mudah mengidentifikasi beberapa spesies dalam suatu produk (Hisar
dan koleganya, 2006). Di antara beberapa teknik yang berbasis DNA, RFLP menggabungkan
aspek kesederhanaan, kecepatan, resolving
power, dan biaya rendah dalam penggunaannya, serta merupakan pendekatan
yang menarik untuk identifikasi spesies ikan (Wolf dan koleganya, 2000). Namun,
teknik RFLP memiliki kelemahan, salah satunya yaitu RFLP membutuhkan banyak
strain DNA. Penggabungan RFLP dengan PCR akan mempermudah proses dan membantu
menghemat waktu (Abuzenadah, 2009).
Polymerase Chain Reaction
(PCR) adalah teknik untuk mengamplifikasi wilayah tertentu dari DNA yang
didefinisikan oleh satu set dari dua "primer" di mana sintesis DNA
dimulai oleh enzim DNA polimerase (Abuzenadah, 2009). PCR dapat digunakan untuk
menggandakan sekuen tertentu dari DNA hingga berkali-kali lipat. Proses ini
dapat meningkatkan bagian tertentu dari sekuen DNA hingga hingga berjumlah
jutaan. Produk dari PCR dapat di deteksi oleh gel elektroforesis. Daerah amplifikasi
biasanya ada di antara 150-3000 pasangan basa (Wolf dan koleganya, 2000). Berdasarkan
Abuzenadah (2009), siklus PCR meliputi:
1.
Denaturation:
Proses ini dilakukan pada suhu 95oC dalam 30 detik. Pada saat
denaturasi rantai ganda DNA mengalami pemisahan, sehingga media berisi rantai
tunggal DNA yang disebut DNA template.
2.
Annealing:
Proses ini dilakukan pada suhu 60oC dalam 30 detik. Pada saat
Annealing, digunakan molekul-molekul rantai asam nukleat yang akan mengawali
proses PCR yang disebut sebagai Primer.
Primer dideasin secara khusus agar bisa berkomplemen dengan DNA template.
3.
Extension:
Proses ini dapat berlangsung pada suhu 60oC, namun dapat dipercepat
pada suhu 72oC. Waktu berlangsungnya proses ini tergantung pada
panjang pendeknya rantai DNA yang akan di amplifikasi.
Mengisolasi
DNA hingga jumlahnya cukup untuk analisis RFLP akan sangat memakan waktu dan
tenaga. Namun, PCR dapat mengamplifikasi DNA yang jumlahnya sedikit menjadi
sangat banyak. Dengan teknik PCR, biasanya cukup 2 – 3 jam, kebutuhan DNA untuk
analisis RFLP dapat terpenuhi. Proses analisis RFLP dengan bantuan PCR biasa
disebut PCR- RFLP (Garret dan John, 2005).
2.3.
Contoh Penggunaan RFLP dalam DNA Typing
Berikut
ini adalah langkah-langkah penggunaan RFLP dalam DNA Typing Menurut Abuzenadah (2009):
1.
Ekstraksi: Langkah pertama dalam DNA
typing adalah ekstraksi DNA dari sampel. Sampel bisa didapatkan dari darah, air
liur, sperma atau beberapa zat biologis lainnya.
2.
Produksi Restriksi Fragmen: DNA yang
dimurnikan kemudian dipotong menjadi fragmen-fragmen oleh enzim restriksi.
3.
Elektroforesis: Fragmen restriksi
memiliki muatan negatif dan dapat dipisahkan dengan teknik yang disebut gel
elektroforesis, yang akan memisahkan potongan DNA berdasarkan ukurannya. Sampel
DNA yang telah diberi perlakuan enzim restriksi, ditempatkan di jalur terpisah
pada lempengan gel elektroforesis yang ditempatkan pada medan listrik. Fragmen
akan berpindah ke arah elektroda positif, fragmen yang lebih kecil bergerak
lebih cepat daripada fragmen yang lebih besar, sehingga dapat memisahkan sampel
DNA ke dalam band atau “pita” yang
berbeda.
4.
Deteksi: Band-band tersebut dapat divisualisasikan menggunakan pewarna
luminescent. Pendekatan untuk DNA Typing
diperlukan sampel dalam jumlah cukup besar dari bahan biologisnya, hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil lebih baik dan data yang lebih masuk akal.
Gambar proses step by step RFLP (en.Wikipedia.org)
2.4.
Peran RFLP dalam Konservasi Sumberdaya Perikanan
Peran utama dari
analisis RFLP adalah untuk mengidentifikasi spesies organisme hingga ke tingkat
molekuler (Anshary, 2011). Dalam hal konservasi sumberdaya perikanan, RFLP bisa
digunakan untuk mengetahui keragaman genetik spesies-spesies ikan maupun
organisme akuatik lainnya dalam sebuah populasi. Tingkat keanekaragaman genetik
spesies harus diidentifikasi, hal ini penting untuk mengetahui apakah suatu
populasi memiliki spesies yang beragam atau bahkan hanya satu atau beberapa
spesies saja. Apabila dalam suatu populasi memiliki tingkat keragaman genetik
yang rendah, hal ini akan merugikan baik bagi alam maupun bagi manusia. Ikan
akan mudah menularkan penyakit pada ikan lain yang spesiesnya sama, hal
tersebut tentu akan mempengaruhi perekonomian manusia, bahkan suatu negara.
Oleh sebab itu, harus diketahui sedini mungkin untuk mencegah terjadinya hal
tersebut, salah satu caranya adalah dengan
melakukan analisis RFLP (Dudu dan koleganya., 2010).
Selain itu,
analisis RFLP juga dapat membantu mengidentifikasi organisme-organisme patogen
penyebab penyakit pada ikan. Misalnya, RFLP bisa digunakan untuk mengetahui
jenis-jenis parasit apa saja yang menyerang ikan tertentu. Contoh lain adalah RFLP
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat infeksi bakteri jenis X pada ikan
tertentu. Ini akan sangat bermanfaat untuk mencegah atau meminimalisir
terjadinya infeksi penyakit pada ikan, bahkan bisa menyelamatkan umat manusia
dari penyakit akibat patogen yang bersifat zoonosis (Anshary, 2011).
DAFTAR
PUSTAKA
Abuzenadah, Adel. 2009. Restriction Fragment Length Polymorphism
(RFLP). Saudi Arabia: Faculty of
Applied Medical Sciences, King Abdul Aziz University.
Anshary, Hilal. 2011. Identifikasi
Molekuler Dengan Teknik PCR-RFLP Larva Parasit Anisakis spp (Nematoda: Anisakidae) Pada Ikan Tongkol (Auxis thazard) Dan Kembung (Rastrelliger kanagurta) Dari Perairan
Makassar. Jurnal Perikanan (J. Fish.
Sci.), 8 (2): 70-77.
Dijkstra, Peter D., Charlotte
Hemelrijk, Ole Seehausen, and Ton G.G. Groothuis. 2009. Color polymorphism and
intrasexual competition in assemblages of cichlid fish. Behavioral Ecology Journal, 20 (1): 138-144.
Dudu, A., S. E. Georgescu, Anca
Dinischiotu, Marieta Costache. 2010. PCR-RFLP Method to Identify Fish Species
of Economic Importance. Archiva
Zootechnica, 13 (1): 53-59
Garret, S., and John Dooley. 2005.
Determination of PCR-RFLP Profiles for Fish Species Using the Agilent 2100
Bioanalyzer. Food Safety Journal, 1-7.
Hisar, O., Orhan Erdogan, Ercument
Aksakal and Sukriye Aras Hisar. 2006. Authentication Of Fish Species Using A
Simple PCR-RFLP Method. The Israeli
Journal of Aquaculture – Bamidgeh 58 (1): 62-65.
No comments:
Post a Comment